Selasa, 17 April 2012

Jangan Sembarangan Memberikan Obat

 Jangan Memberi Parasetamol pada Kucing

Kucing sangat rawan terkena keracunan obat-obatan anti radang/penurun panas seperti aspirin atau parasetamol/acetaminophen. Ketidaktahuan mengenai kucing dan obat-obatan yang tabu diberikan pada kucing, dapat menyebabkan kematian pada kucing kesayangan anda.


Acetaminophen/Parasetamol.
Para dokter hewan sering memberikan parasetamol/acetaminophen dengan dosis rendah untuk mengendalikan rasa sakit pada anjing. Kucing lain lagi. Jangan pernah memberikan acetaminophen/parasetamol pada kucing. Dosis rendah sekalipun dapat menyebabkan keracunan atau memperburuk kondisi kucing.

Banyak merk obat-obatan manusia yang mengandung parasetamol/acetaminophen. Faktanya hampir semua obat-obatan penurun panas mengandung zat tersebut. Beberapa yang cukup terkenal dan mudah didapat adalah bodrex,tempra, biogesic, panadol, sanmol, paracetamol, poldan, dll. Jangan pernah berikan obat-obatan tersebut pada kucing.

Bagaimana Parasetamol dapat Memperburuk Kondisi Kucing.
Sebagian besar enzim yang bertugas memecah obat-obatan terdapat di hati/liver. Salah satu enzim bernama glukuronil transferase bertugas menempelkan molekul glukuronid pada molekul obat dan membuatnya tidak aktif sehingga dapat dibuang melalui ginjal (air kencing).

Kucing adalah salah satu spesies dengan jumlah enzim glukuronil transferase yang sangat sedikit. Oleh karena itu obat-obatan yang menggunakan enzim tersebut, tidak dapat dibuang dengan sempurna melalui ginjal. Obat-obatan tersebut cenderung tetap aktif, terakumulasi dalam aliran darah dan menyebabkan kerusakan parah pada organ-organ.

Pada dosis berlebihan, parasetamol dapat menyebabkan kerusakan dan kematian sel-sel hati pada anjing. Sedangkan pada kucing menyebabkan gangguan metabolisme hemoglobin yang sering disebut methemoglobinemia.

Methemoglobin adalah bentuk hemoglobin yang tidak dapat mengikat & mentranspor oksigen. Methemoglobin yang berlebihan dalam darah mengakibatkan darah kucing tidak dapat mengangkut oksigen, tubuh kucing jadi kekurangan oksigen, jantung berdetak dengan cepat, nafas terengah-engah, dan selaput lendir mulai berwarna coklat tua. Lebih lanjut dapat menyebabkan kematian.

Pengobatan Keracunan Parasetamol.
Tindakan pengobatan keracunan parasetamol meliputi pemberian oksigen tambahan, infus dan obat-obatan seperti asetilsistein dan vitamin C. Sebagai tambahan bisa diberikan asam amino Cysteine. Asam amino ini diperlukan agar hati dapat memperbaiki sel-sel yang rusak.

Tanda-tanda/gejala Keracunan Paracetamol.
Gejala-gejala di bawah ini dapat muncul 1-4 hari setelah pemberian parasetamol :
  • Air liur menetes secara berlebihan (hipersalivasi).
  • Sakit di daerah perut.
  • Selaput lendir berwarna coklat-abu.
  • Nafas terengah-engah.
  • Bengkak di wajah, leher dan kaki.
  • Hipotermia (suhu badan rendah).
  • Langkah kaki tidak terkoordinasi (ataksia).
  • Urin berwarna coklat tua/gelap.
  • Muntah.
  • Depresi.
  • Jaundice /penyakit kuning (seluruh badan berwarna kuning).
  • Koma.
  • Kematian.

Referensi : drh. Neno Waluyo S. 



Tidak Memberikan Imboost, Stimuno & Inmunair
pada Kucing Sakit

Sejak beberapa tahun lalu, para dokter hewan mulai sering meresepkan produk-produk peningkat kekebalan tubuh untuk manusia (imunomodulator/imunostimulan) seperti imboost, stimuno, fituno, dsb. Setidaknya ada sekitar 15 merek produk sejenis dengan berbagai macam kandungan yang berbeda.

Sekitar 1-2 tahun lalu (tahun 2007/2008) di negara tercinta ini masuk produk imunomodulator khusus ternak yang berasal dari spanyol bernama Inmunair. Setahun belakangan sering ditemukan produk ini juga banyak digunakan oleh para dokter hewan praktek pada anjing & kucing yang sedang sakit. Katanya dapat membantu meningkatkan kekebalan tubuh hewan.

Sejak tahun 2009 sebagian dokter hewan sudah tidak lagi memberikan produk imunostimulan tsb pada hewan yang sedang sakit/sakit parah. Alasannya diuraikan berikut ini.

Tentang Produk Imunostimulan Manusia.

Setidaknya ada sekitar 15 brand imunostimulan yang ada di Indonesia (bisa lihat di MIMS atau ISO terbaru). Merk yang cukup terkenal & sering digunakan adalah imboost & stimuno Kandungan utama sebagian besar imunostimulan adalah Echinacea. Beberapa brand menggunakan kombinasi bahan tambahan seperti vitamin, ekstrak meniran, ekstrak mengkudu, ekstrak berry, bahkan ada yang menambahkan ekstrak jamur kayu yang dipercaya mempunyai efek penyembuhan.

Ada beberapa spesies Echinacea, ekstrak yang digunakan bisa berasal dari akar, batang atau, daun atau bunga. Masing-masing spesies 7 & bahan mempunyai kandungan yang berbeda.

Tentang kandungan & cara kerja.
Bagaimana kerja Echinacea meningkatkan kekebalan tubuh, masih belum banyak diketahui secara spesifik. Sebagian besar jurnal penelitian belum memberikan informasi yang lengkap.

Karakteristik kandungan sebagian besar produk imunostimulan adalah lipopolisakarida dan zat-zat lain yang sama-sama merupakan zat berukuran bermolekul besar. Kebanyakan zat bermolekul besar akan dianggap sebagai benda asing/alergen bila dimasukan ke dalam tubuh. Akibatnya system kekebalan tubuh akan bereaksi terhadap benda asing tersebut. Sistem kekebalan menjadi aktif dan memproduksi berbagai zat & antibodi untuk menyingkirkan benda asing. Pemberian terus menerus dapat melatih & memperkuat sistem kekebalan tubuh terhadap infeksi.

Efek pemberian jangka panjang belum banyak diketahui. Beberapa zat seperti ekstrak meniran dapat menyebabkan ganguan ginjal dan tidak boleh digunakan pada wanita hamil.

Ilustrasi sederhana mengenai cara kerja imunostimulan adalah, kerjanya "menampar" sistem kekebalan tubuh secara pelan-pelan sehingga tetap bangun dan aktif. Efek jangka panjangnya ? ... bayangkan saja bagaimana bila anda "ditampar" untuk tujuan baik, secara pelan-pelan dan terus menerus. Awalnya mungkin sedikit terganggu, kemudian mulai terbiasa (karena sadar hal tersebut untuk tujuan baik), lama-lama pasti kesal dan memberikan reaksi negatif.

Begitu juga dengan sistem kekebalan. Awalnya akan kaget dan bangun, bereaksi memproduksi antibodi & zat lainnya. Lama-lama akan terbiasa dan memproduksi zat-zat tersebut secara konstan pada konsentrasi yang lebih rendah dari awal. Bila hal ini terus berlangsung, akan terjadi penumpukan zat-zat tersebut. Sialnya, kebanyakan zat-zat tersebut adalah juga molekul berukuran besar. Sekali lagi, zat bermolekul besar sering dianggap benda asing/alergen oleh tubuh. Akibatnya tubuh akan menganggap zat-zat kekebalan tubuh yang diproduksi sendiri tersebut sebagai benda asing, dan kemudian akan memproduksi zat-zat kekebalan tubuh lain untuk melawan zat-zat kekebalan tubuh yang sudah diproduksi sebelumnya.

Dalam dunia kedokteran & kesehatan kondisi di atas sering disebut Autoimun. Dengan kata lain tubuh berusaha menghancurkan diri sendiri (ga kompak, kacau deh).

Tentang Produk Imunostimulan Untuk Hewan (Inmunair).
Berdasarkan informasi dari websitenya, Inmunair mengandung propionilbacterium acnes non aktif, Lipopolisakarida E.coli, Thiomersal dan bahan tambahan lain.

Inmunair diperuntukkan bagi hewan ternak ayam (pedaging) dan tidak terdapat pada kategori produk untuk pet (http://www.calier.es/eng/productos.html). Saya belum mendapatkan informasi/alasan kuat disertai hasil penelitian, mengapa produk ini bisa digunakan di hewan kesayangan (anjing & kucing).

Tentang kandungan Inmunair & cara kerjanya.

Sel Propionilbacterium acnes non aktif.
Bakteri ini adalah bakteri yang pertumbuhannya lambat dan sering terdapat pada jerawat manusia. Bakteri yang sudah dimatikan yang digunakan dalam inmunair, fungsinya sama seperti echinacea. Bertindak sebagai zat bermolekul besar dan benda asing bagi tubuh.

Lipopolisakarida E. Coli
Bagian dari bakteri E. Coli. Merupakan zat bermolekul besar. Fungsinya sama seperti echinacea & propionilbacterium non aktif, yaitu bertindak sebagai benda asing/alergen bagi tubuh.

Thiomersal
Sering disebut juga thimerosal atau sodium ethylmercurithiosalicylate. Merupakan molekul organik yang mengandung merkuri, sering digunakan sebagai antiseptik & adjuvant (pelarut untuk meningkatkan efek vaksin) vaksin manusia. Penggunaan zat ini sebagai adjuvant masih bersifat kontroversi karena diduga menyebabkan autis pada anak-anak. Selain itu zat ini berbahaya/toksik pada manusia bila diberikan secara oral atau topikal pada mukosa & saluran pernafasan (info dari wikipedia). Saya belum mendapat informasi mengenai efeknya bila diberikan oral pada hewan peliharaan seperti anjing dan kucing.

Mengapa tidak memberikan Imunostimulan/imuno modulator pada anjing & kucing yang sedang sakit/sakit parah.
Berdasarkan informasi dari berbagai jurnal penelitian mengenai zat yang terkandung dalam produk-produk di atas, alasannya diuraian berikut ini.

Pada saat sakit/awal penyakit (terutama yang disebabkan oleh virus) sebagian besar metabolisme energi aerob (pakai oksigen) tubuh diambil alih oleh mikroorganisme (virus, bakteri, dll). Tubuh Cuma kebagian metabolisme energi yang anaerob dan sebagian kecil yang aerob. Akibatnya produksi energi berkurang drastis karena metabolisme yang anaerob hanya memproduksi energi maksimal 60 % dari yang normal (aerob). Selain itu hasil sampingannya berupa asam laktat juga melimpah. Asam laktat adalah bukti metabolisme energi tidak sempurna/maksimal. Asam laktat menyebabkan tubuh/otot terasa sakit/pegal-pegal. Contoh hal ini terlihat ketika kita mulai terserang flu, badan terasa lemas (karena kurang energi metabolisme anaerob) dan pegal-pegal.

Reaksi-reaksi kekebalan tubuh memerlukan energi yang banyak. Bagaimana mungkin bisa membuat zat kekebalan dan melawan infeksi, bila sebagian besar generator energi diambil alih oleh penyakit (bakteri, virus dll). Oleh karena itu kita perlu memberikan asupan energi yang mudah dicerna seperti ATP dan atau karbohidrat sederhana yang mudah menghasilkan energi seperti madu, fruktosa, dll. Ada jalur metabolisme energi singkat yang merubah karbohidrat langsung menjadi oksidator/pembasmi penyakit tanpa melalui jalur norma/siklus Krebs.

Pada saat fase awal pemberian, produk imunostimulan yang ada sekarang ini (stimuno, inmunair, imboost, dll) menyebabkan imunosupresi (info dari jurnal hasil penelitian). Dengan kata lain menyebabkan penurunan kekebalan tubuh. Bukannya meringankan penyakit, malah memperberat beban tubuh. Coba bayangkan beban tubuh yang sudah kekurangan energi akibat generator energi diambil alih penyakit, ditambah pemberian imunostimulan yang bekerja menjadi alergen/benda asing (mirip dengan penyakit) dan memaksa sistem kekebalan tubuh bereaksi terhadap imunostimulan, sementara sistem kekebalan tubuh juga masih harus melawan penyakit.

Secara sederhana, pada saat sakit & kekurangan energi, sistem kekebalan tubuh hanya bekerja melawan penyakit. Bila diberi imunostimulan, pekerjaan sistem kekebalan tubuh bertambah karena harus juga memproduksi zat kekebalan tubuh sebagai reaksi terhadap imunostimulan.

Fase berikutnya dari pemberian imunostimulan adalah peningkatan zat-zat kekebalan tubuh yang bisa membantu melawan penyakit. Pada manusia ini terjadi sekitar 1-2 minggu setelah pemberian terus menerus. Fase kedua sangat tergantung degan kondisi tubuh orang/hewan yang sakit. Bila kondisi hewan/infeksi sudah berat, fase kedua ini kemungkinan besar tidak akan pernah terjadi.

Pada kasus infeksi virus seperti panleukopenia, calici & rhinotracheitis, kita berlomba dengan virus dan waktu. Secepat mungkin mensupport kucing agar mampu melawan virus. Biasanya dalam waktu sekitar 1 minggu sudah mulai terlihat virus sudah bisa dilawan atau tidak. Setelah kondisi mulai membaik sekitar 1.5 - 2 minggu, tubuh mulai punya cukup energi untuk menjalankan berbagai metabolisme dan bisa menjalankan sistem kekebalan tubuh yang "seperti normal" barulah berbagai produk imunostimulan bisa diberikan untuk mempercepat dan menuntaskan persembuhan. Dengan syarat harus bisa menjamin masuknya nutrisi dan energi yang cukup bagi kucing.

Pada kasus virus yang menyerang langsung sistem kekebalan tubuh, atau membuat sistem kekebalan tubuh tidak berfungsi sempurna, seperti Feline Leukemia (FLV), Feline Infectious Peritonitis (FIP) dan AIDS kucing (Feline Immunodeficiency Virus/FIV), pemberian produk-produk imunostimulan/ imunomodulator di atas kelihatannya akan semakin memperparah kondisi kucing. Penyakit-penyakit ini agak sulit didiagnosa dan sering salah didiagnosa oleh para dokter hewan seluruh dunia.

Referensi : drh. Neno Waluyo S.

Tidak ada komentar: