Sabtu, 29 September 2012

Feline Lower Urinary Tract Disease

Feline lower urinary tract disease (FLUTD) yang dikenal juga dengan feline urologic syndrome (FUS) merupakan masalah kesehatan yang sering terjadi pada kucing terutama kucing jantan. Masalah kesehatan ini mengganggu vesika urinaria (VU) dan uretra kucing. Gangguan pada uretra terjadi disebabkan oleh struktur uretra kucing jantan yang berbentuk seperti tabung memiliki bagian yang menyempit sehingga sering menimbulkan penyumbatan urin dari VU ke luar tubuh.

Feline lower urinary tract disease (FLUTD) meliputi beberapa kondisi yang terjadi pada saluran urinaria kucing (Nash 1997). Sindrom yang terjadi pada kucing ini ditandai dengan pembentukan kristal (paling sering struvite) di dalam VU. Kristal tersebut kemudian akan menyebabkan inflamasi, perdarahan pada urin, kesulitan buang air kecil, serta beberapa kasus dapat menyebabkan obstruksi aliran normal urin keluar dari VU yang dapat menyebabkan kematian (Pinney 2009).

Manifestasi penyakit yang disebabkan oleh akumulasi kristal mineral pada saluran urinaria antara lain, adalah: a. peradangan kandung kemih cystitis akibat iritasi dari kristal pada dinding VU, 
b. urolithiasis yaitu pembentukan batu VU, 
c. pembentukan sumbat pada uretra berupa pasir kristal mineral (blokade uretra), 
d. uremia yaitu akumulasi zat kimia yang beracun pada aliran darah ketika blokade pada uretra (Duval 2002). 

Pada beberapa keadaan urin yang tertahan dalam VU dapat berbalik mengalir ke ginjal yang menyebabkan kematian oleh gagal ginjal akut atau cystitis parah. Kematian terjadi karena toksin menyebar melalui aliran darah menyebabkan sepsis (Pinney 2009).

Kucing jantan dan betina sama-sama beresiko menderita FLUTD, namun kucing jantan beresiko lebih besar terhadap obstruksi yang mematikan karena uretra jantan lebih kecil dibandingkan betina dan memiliki bagian yang mengecil  sehingga penyumbatan lebih gampang terjadi (Pinney 2009).

Beberapa kausa dari terbentuknya kristal mineral yang dapat mengiritasi mukosa VU dan menyebabkan blokade urehra adalah : 
a. Faktor asupan makanan (diet). Pakan yang kaya magnesium menyebabkan pH urine menjadi basa (alkalis). Kenaikan pH mempermudah pembentukan kristal mineral. 
b. Penurunan frekuensi urinasi. Hal ini dapat disebabkan oleh menurunnya supan air, pakan yang kering, air yang terlalu hangat, terlalu dingin, menurunnya aktivitas fisik, hal ini dapat disebabkan karena kucing mengalami obesitas bahkan kandang yang kotor dapat menyebabkan kucing segan untuk urinasi (Duval 2002; Oaks Vet 2002) 

Gejala klinis awal merupakan hasil dari iritasi yang disebabkan oleh kristal dalam VU. Gejala klinis tersebut antara lain kesulitan urinasi (kucing sering buang air kecil tidak pada tempatnya), sering menjilat daerah genital, merejan saat buang air kecil (kadang disertai suara tangisan), serta darah pada urin. Selain itu, kucing dengan FLUTD biasanya tidak nafsu makan. Pada keadaan yang lebih serius kucing jantan yang mengalami obstruksi uretra komplit akan menunjukkan gejala muntah, kelemahan, serta perut yang menegang dan sakit (Pinney 2009).

Diagnosa FLUTD didasarkan pada gejala klinis, pemeriksaan fisik, dan urinalisis. Pada kasus yang sudah parah dapat dipalpasi pembesaran dan rasa sakit VU. Jika diduga terjadi infeksi pada VU maka kultur urin dapat dilakukan. Kucing yang mengalami obstruksi saluran urinaria memiliki tingkat enzim ginjal yang tinggi (blood urea nitrogen (BUN), dan kreatinin) dalam darah (Pinney 2009).

Terapi yang diberikan kepada pasien FUS adalah kateterisasi urin sehingga terjadi pengeluaran urin dan kristal dari vu. Penyuntikan cairan fisiologis intravena atau perinfusi diperlukan ketika sindrom uremia terjadi (depresi, muntah, dehidrasi) dengan tujuan mengganti cairan tubuh dan menstabilkan pH cairan tubuh. Pemberian antibiotik diperlukan untuk mencegah infeksi sekunder oleh bakteri dan obat-obatan parasimpatomimretik yang menstimulasi otot VU berkontraksi dan relaksasi uretra diperlukan. Dalam beberapa kasus, tindak bedah diperlukan untuk menghilangkan sumbatan atau mencegah terjadinya pengulangan timbulnya kristal mineral (Duval 2002). Setelah dipasang kateter urin kucing Memo dirawat inap, selama rawat inap diberikan terapi antibiotik Amcilin dan infus Ringer Lactate. Terdapat tiga macam kateter urin yaitu yaitu flexible rubber feeding tube (gambar 2a), kateter open-ended polypropylene (gambar 2b), dan close-ended polypropylene (gambar 2c). Ukuran kateter yang biasa digunakan untuk kucing jantan adalah 3 1/2 Fr. Jenis kateter yang digunakan untuk pasien Memo adalah kateter close-ended polypropylene (2c) (College of Veterinary Medicine 2009).

Sumber : wikipedia

2 komentar:

Unknown mengatakan...

kak, bagaimana cara merawat kucing persia yang mengidap penyakit ini ,dia sudah di kateterinasi tetapi belum juga mau makan dan masih lemas setelah seminggu dioperasi.umurnya 6,5 tahun. dimohon jawabannya secepatnya :'(

SALMON PETSHOP mengatakan...

Sebelumnya terima kasih Marsya Fadhia Akmal atas kunjungannya ke blog saya.

Kalau saran saya coba dibantu asupan makanan dan minum nya lewat pipet. Supaya gak kekurangan cairan. Trus, liat tanda-tanda kalau dia dehidrasi.
Selalu komunikasi dengan dokter hewan nya juga.

Semoga keadaan kucingnya cepat pulih.