Vaksinasi
adalah proses menumbuhkan dan mengembangkan sistem pertahanan tubuh,
dengan tujuan individu yang telah dilakukan vaksinasi terhindar dari
terjangkitnya penyakit infeksi, hingga tidak timbulnya gejala sakit,
atau untuk membatasi proses infeksi oleh agen infeksi patogen. Pada
prakteknya program vaksinasi dilakukan untuk melindungi hewan terhadap
penyakit yang khusus disebabkan oleh mikroorganisme, seperti: bakteri
dan virus. Terhadap agen infeksius lain, misalnya parasit, untuk
pencegahan secara vaksinasi masih dalam pengembangan untuk bisa menjadi
efektif.
Vaksin
dapat melindungi tubuh individu terhadap agen infeksi yang patogen
secara primer, dengan membentuk antibodi, selain itu secara sekunder
membentuk sistem cellular Mediated immunity (CMI) dan mendorong
pembentukan antibodi lokal. Vaksin seperti itu, mampu mencegah timbulnya
gejala, tetapi tidak mampu mencegah re-infeksi ditunjukkan oleh vaksin
distemper, ICH, dan panleukopenia. Vaksin yang hanya mampu mencegah
gejala tanpa mampu mencegah terjadinya reinfeksi, ditunjukkan pada
vaksin FVR (Feline Viral Rhinotracheitis). Vaksin tersebut hanya
mampu mengatifkan kekebalan sellular dan mendorong pembentukkan antibodi
lokal, hingga dapat berperan mencegah terjadinya infeksi.
Hambatan Vaksinasi Pada Kucing
Bermacam
faktor berperan dalam penentuan keberhasilan suatu program vaksinasi.
Faktor-faktor tersebut meliputi peran antibodi maternal, jenis vaksin,
aplikasi vaksinasi, umur hewan, kondisi hewan saat vaksinasi, dan ada
tidaknya penyakit lain saat vaksinasi.
- Peran Antibodi Maternal
Antibodi
yang dimiliki anak kucing berasal dari perolehan saat fetus dalam
kandungan atau perolehan melalui kolostrum. Berdasarkan anatomi plasenta
yang dimiliki kucing, dapat menjadi analisis bahwa 95% immunoglobulin
telah diwariskan pada anak dibandingkan 100% yang dimiliki oleh induk.
Dengan demikian anak kucing yang lahir dengan tidak mendapat kolostrum
masih dapat bertahan terhadap infeksi dalam beberapa waktu, mengingat
bahwa anak kucing mengandung 95% immunoglobulin. Bila immunitas yang
diterima dalam kandungan dan ditambah dengan immunitas yang diperoleh
melalui kolostrum, maka anak yang dilahirkan tersebut dalam beberapa
hari memiliki maternal immunity. Sistem immunitas yang terbentuk
seperti diatas disebut juga immunitas pasif. Immunitas yang berbentuk
immunoglobulin tersebut mampu bertahan 14-16 minggu. Pada beberapa
minggu terakhir dari waktu yang telah disebutkan jumlah zat kebal sudah
demikian rendah hingga anak kucing rentan terhadap infeksi. Penurunan
zat kebal menurun karena pertambahan berat badan anak. Apabila pada umur
6-8 minggu anak kucing divaksin, mereka sudah mampu membentuk zat
kebalnya secara aktif (Soebronto, 2006; Day, 2003; Viner, 1998).
- Jenis Vaksin yang digunakan
1. Vaksin
yang dipersiapkan adalah antigen, baik itu virus maupun bakteri yang
dilemahkan, melalui berbagai cara, antara lain dengan mempasasekan
berulang kali pada hewan coba, sehingga memiliki sifat-sifat seperti
berikut.
a.
vaksin hanya mengandung relatif kecil antigen. Antigen yang masih hidup
tersebut di diharapkan mampu memperbanyak diri didalam tubuh individu
yang diinjeksi hingga menstimulasi pembentukkan antibodi.
b.
Kesalahan dalam menyimpan atau memindahkan tempat akan dapat membunuh
virus amupun bakteri. Perubahan suhu yang terlalu mendadak dan tinggi,
sinar matahari dan ultraviolet, atau radiasi, dapat mematikan virus atau
bakteri, atau dapat menurunkan potensi vaksin.
c. Vaksin mampu menghasilkan kekebalan yang lebih tinggi titernya dan lebih lama tinggal didalam tubuh.
2. Vaksin
yang dipersiapkan dari organisme yang diinaktifkan atau dimatikan
melalui berbagai cara, misalnya dipanaskan, atau ditambah bahan kimia,
contohnya formalin. Jumlah organisme, virus atau bakteri, yang
diinaktifkan jauh lebih banyak dibandingkan yang dilemahkan. Dengan
matinya organisme, organisme tersebut akan terurai menjadi
komponen-komponen penyusunnya. Vaksin yang dihasilkan dikenal sebagai
vaksin inaktif atau “killed vaccine”, memiliki sifat-sifat berikut. Vaksin yang dipersiapkan untuk bakteri yang diinaktifkan dikenal sebagai bakterin.
a. vaksin yang menggandung masa antigenik yang besar jumlahnya.
b. Vaksin menstimulasi pembentukkan antibodi dari individu yang divaksin.
Untuk
perpanjangan immunitas, dan mengurangi jumlah organisme yang digunakan,
vaksin inaktif dapat ditambah dengan adjuvant, hingga individu yang
diinjeksi dapat membentuk antibodi yang lebih lama, dengan demikian
frekuensi penyuntikkan dapat dengan mudah dikurangi. Ajuvant yang
digunakan mungkin dapat berupa aluminium hidroksida, aluminium fosfat
untuk mengadsorpsi antigen pelarut atau lanolin untuk mengemulsikan
antigen, maupun β-propiolakton (Soebronto).
- Cara atau Aplikasi Penggunaan Vaksin
Kegagalan
vaksinasi karena cara pemberian vaksin karena tidak mengikuti petunjuk
penggunaan. Berdasarkan penggunaan pemakaian vaksin, vaksin campak (measles vaccine)
harus diinjeksikan secara intramuscullar (IM). Vaksin distemper, ICH,
panleukopenia, dapat disuntikkan secara intramuscullar ataupun subkutan
(SC). Selanjutnya vaksin campak (measles vaccine) yang
dikombinasikan dengan vaksin distemper harus diinjeksikan secara
intramuscullar (IM), dan vaksin panleukopenia dan MLV-IN, dan feline calici viral disease MLV-IN hanya diberikan secara aerosol langsung kepada mucosa pernafasan (inhalasi).
- Umur Individu yang Divaksin
Anak kucing yang terlalu muda, kurang dari 6 minggu belum siap membentuk antibodi dengan baik. Penyuntikkan dengan vaksin live modified dapat mengakibatkan blocking,
hingga anak kucing dengan mudah dapat terinfeksi agen infectious dari
lingkungan, atau oleh virus yang disuntikkan 2-3 minggu kemudian.
Kucing
yang mengalami hipotermia bila divaksin tidak membuahkan hasil, karena
untuk untuk stimulasi pembentukkan CMI suhu optimalnya adalah 38-39oC.
Kucing
tua, lebih dari 4 tahun, sudah tidak begitu responsif terhadap
pembentukkan antibodi maupun CMI, hingga perlu diberikan booster
tahunan. Banyak pemilik atau profesional yang menganggap karena hewan
telah tua dan telah divaksin berulang-ulang dianggap sudah kebal
sepenuhnya, hingga vaksinasi terhadap kucing dianggap tidak lagi
penting.
- Kondisi Tubuh Hewan saat divaksin
Hewan
yang kurus biasanya tidak cukup baik untuk divaksin. Dalam keadaan
demikian, atau kondisi dimana vaksinasi diulang sebelum waktunya, atau
apabiala kondisi hewan sudah normal, baru divaksin ulang. Sebaliknya
hewan yang mengalami obesitas, dan secara laboratorik tidak ditemukan
kelainan, juga kurang baik untuk dilakukan vaksinasi.
Tabel 1. Anjuran atau pegangan dalam melakukan vaksinasi pada kucing
NO
|
Penyakit
|
Tipe vaksin
|
Vaksinasi 1 (minggu)
|
Vaksinasi 2 (minggu)
|
Ulangan
|
Cara Vaksinasi
|
1.
|
Inaktif
|
8
|
12
|
Tahunan
|
SC/IM
| |
| |
MLV
|
8
|
12
|
Tahunan
|
SC/IM
|
| |
MLV-IN
|
8
|
12
|
Tahunan
|
IN
|
2.
|
MLV
|
8 (atau <)
|
12
|
Tahunan
|
IM
| |
| |
MLV-IN
|
8
|
-
|
Tahunan
|
IN
|
3.
|
MLV
|
8 (atau <)
|
12
|
Tahunan
|
IM
| |
| |
MLV-IN
|
8
|
-
|
Tahunan
|
IN
|
4.
|
Inaktif
|
12
|
-
|
Tahunan
|
IM
| |
| |
MLV
|
12
|
-
|
Tahunan
|
IM
|
5.
|
Pneumonitis
|
MLV
|
8
|
-
|
Tahunan
|
SC/IM
|
Pemilik kucing wajib mengetahui jadwal vaksinasi kucing kesayangannya, dan jadwal booster-nya (Vaksin kedua/ulangan sering disebut booster). Berikut ini adalah jadwal vaksinasi kucing yang wajib diketahui dan dilakukansesuai dengan usia/umur kucing tersebut.
Kucing berumur 8-10 minggu
-
Pemeriksaan umum
-
Vaksinasi Tricat (Feline Panleucopenia, Rhinotracheitis,Calici) atau Tetracat (Tricat + Chlamydia)
-
Pemberian Obat cacing
Kucing berumur 12-14 minggu
-
Pemeriksaan umum
-
Vaksinasi Ulangan Tricat (Feline Panleucopenia, Rhinotracheitis,Calici) Atau Tetracat (Tricat + Chlamydia)
Kucing berumur 20 minggu
-
Pemeriksaan umum
-
Vaksinasi Rabies
Khusus kucing berumur lebih dari 6 bulan yang belum pernah di vaksin sekalipun.
-
Pemeriksaan umum
-
Vaksinasi Tricat (Feline Panleucopenia, Rhinotracheitis,Calici) Atau Tetracat (Tricat + Chlamydia)
-
Vaksinasi Rabies
Selanjutnya vaksinasi dianjurkan diulang setiap tahunnya untuk menjaga kandungan/titer antibodi dan kekebalan tetap tinggi.
Kucing kecil umur kurang dari 6 bulan divaksin tricat 2 kali dengan jarak sekitar 1 bulan.
Ini adalah anjuran minimal. Berdasarkan kondisi beberapa tahun
belakangan yang kekebalannya cenderung menjadi menurun. Maka untuk
kucing umur 6 bulan - 1 tahun yang baru pertama kali vaksin, vaksin sekali saja tidak cukup, sehingga perlu divaksinasi ulang (booster).
Untuk kucing umur lebih dari 1 tahun yang belum pernah divaksin sama
sekali, vaksin tricat/tetracat 1 tahun sekali saja cukup, tidak perlu
booster (vaksinasi ulang) sebulan kemudian.
Untuk kucing dengan umum kurang dari 1 tahun yang belum pernah divaksin
rabies, bisa di vaksin rabies minimal setelah berumur 4 bulan, setelah
vaksin tricat pertama dan kedua diberikan (umumnya memberikan vaksin
rabies pada kucing setelah umur 6-7 bulan).
Perlunya vaksin ulang dengan jarak sekitar 1 bulan, khusus untuk
anak kucing umur kurang dari 6 bulan (<1 tahun), dikarenakan tingkat
kekebalan kucing anakan (umur kurang dari 6 bln) yang baru pertama kali
di vaksin, setelah divaksin, antibodi tidak dengan segera terbentuk dalam tubuh kucing.
Pada kucing yang sehat, baru mulai terjadi peningkatan jumlah antibodi
2-4 minggu setelah vaksinasi. Puncaknya terjadi beberapa minggu setelah
kenaikan tingkat kekebalannya dimulai, setelah itu tingkat kekebalannya
akan berkurang perlahan-lahan. Walaupun telah mencapai puncak,
jumlah/titer antibodi yang dihasilkan biasanya belum cukup untuk
melindungi kucing dari penyakit. Oleh karena itu perlu vaksin
booster/ulangan sekitar 1 bulan setelah vaksin pertama.
Sesuai namanya booster (vaksin ulang) akan menyebabkan jumlah antibodi
menjadi lebih banyak dalam waktu yang relatif lebih cepat daripada
vaksin pertama.
Antibodi yang terbentuk setelah vaksin kedua biasanya cukup untuk
melindungi kucing dari penyakit. Setelah mencapai puncak, secara
perlahan-lahan jumlah antibodi akan berkurang. Waktu berkurangnya
antibodi yang dihasilkan setelah vaksin ulangan biasanya jauh lebih lama
daripada vaksin pertama.
Ada 2 alasan utama mengapa anak kucing perlu divaksin dua kali/booster :
Pertama, sistem kekebalan aktif (yang berasal dari tubuh sendiri) belum
kuat, sehingga antibodi yag dihasilkan dari vaksin pertama biasanya
jumlahnya belum cukup.
Kedua, anak kucing masih mempunyai kekebalan pasif (antibodi maternal) yang berasal dari induk.
Sumber: www.vet-klinik.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar