Feline lower urinary tract disease (FLUTD) yang dikenal juga dengan feline urologic syndrome
(FUS) merupakan masalah kesehatan yang sering terjadi pada kucing
terutama kucing jantan. Masalah kesehatan ini mengganggu vesika urinaria
(VU) dan uretra kucing. Gangguan pada uretra terjadi disebabkan oleh
struktur uretra kucing jantan yang berbentuk seperti tabung memiliki
bagian yang menyempit sehingga sering menimbulkan penyumbatan urin dari
VU ke luar tubuh.
Feline lower urinary tract disease (FLUTD) meliputi
beberapa kondisi yang terjadi pada saluran urinaria kucing (Nash 1997).
Sindrom yang terjadi pada kucing ini ditandai dengan pembentukan kristal
(paling sering struvite) di dalam VU. Kristal tersebut kemudian akan
menyebabkan inflamasi, perdarahan pada urin, kesulitan buang air kecil,
serta beberapa kasus dapat menyebabkan obstruksi aliran normal urin
keluar dari VU yang dapat menyebabkan kematian (Pinney 2009).
Manifestasi penyakit yang disebabkan oleh akumulasi kristal mineral pada
saluran urinaria antara lain, adalah: a. peradangan kandung kemih
cystitis akibat iritasi dari kristal pada dinding VU,
b. urolithiasis
yaitu pembentukan batu VU,
c. pembentukan sumbat pada uretra berupa
pasir kristal mineral (blokade uretra),
d. uremia yaitu akumulasi zat
kimia yang beracun pada aliran darah ketika blokade pada uretra (Duval
2002).
Pada beberapa keadaan urin yang tertahan dalam VU dapat berbalik
mengalir ke ginjal yang menyebabkan kematian oleh gagal ginjal akut atau
cystitis parah. Kematian terjadi karena toksin menyebar melalui aliran
darah menyebabkan sepsis (Pinney 2009).
Kucing jantan dan betina sama-sama beresiko menderita FLUTD, namun
kucing jantan beresiko lebih besar terhadap obstruksi yang mematikan
karena uretra jantan lebih kecil dibandingkan betina dan memiliki bagian
yang mengecil sehingga penyumbatan lebih gampang terjadi
(Pinney 2009).
Beberapa kausa dari terbentuknya kristal mineral yang dapat
mengiritasi mukosa VU dan menyebabkan blokade urehra adalah :
a. Faktor
asupan makanan (diet). Pakan yang kaya magnesium menyebabkan pH urine
menjadi basa (alkalis). Kenaikan pH mempermudah pembentukan kristal
mineral.
b. Penurunan frekuensi urinasi. Hal ini dapat disebabkan oleh
menurunnya supan air, pakan yang kering, air yang terlalu hangat,
terlalu dingin, menurunnya aktivitas fisik, hal ini dapat disebabkan
karena kucing mengalami obesitas bahkan kandang yang kotor dapat
menyebabkan kucing segan untuk urinasi (Duval 2002; Oaks Vet 2002)
Gejala klinis awal merupakan hasil dari iritasi yang disebabkan oleh
kristal dalam VU. Gejala klinis tersebut antara lain kesulitan urinasi
(kucing sering buang air kecil tidak pada tempatnya), sering menjilat
daerah genital, merejan saat buang air kecil (kadang disertai suara
tangisan), serta darah pada urin. Selain itu, kucing dengan FLUTD
biasanya tidak nafsu makan. Pada keadaan yang lebih serius kucing jantan
yang mengalami obstruksi uretra komplit akan menunjukkan gejala muntah,
kelemahan, serta perut yang menegang dan sakit (Pinney 2009).
Diagnosa FLUTD didasarkan pada gejala klinis, pemeriksaan fisik, dan
urinalisis. Pada kasus yang sudah parah dapat dipalpasi pembesaran dan
rasa sakit VU. Jika diduga terjadi infeksi pada VU maka kultur urin
dapat dilakukan. Kucing yang mengalami obstruksi saluran urinaria
memiliki tingkat enzim ginjal yang tinggi (blood urea nitrogen (BUN),
dan kreatinin) dalam darah (Pinney 2009).
Terapi yang diberikan kepada pasien FUS adalah kateterisasi urin
sehingga terjadi pengeluaran urin dan kristal dari vu. Penyuntikan
cairan fisiologis intravena atau perinfusi diperlukan ketika sindrom
uremia terjadi (depresi, muntah, dehidrasi) dengan tujuan mengganti
cairan tubuh dan menstabilkan pH cairan tubuh. Pemberian antibiotik
diperlukan untuk mencegah infeksi sekunder oleh bakteri dan obat-obatan
parasimpatomimretik yang menstimulasi otot VU berkontraksi dan relaksasi
uretra diperlukan. Dalam beberapa kasus, tindak bedah diperlukan untuk
menghilangkan sumbatan atau mencegah terjadinya pengulangan timbulnya
kristal mineral (Duval 2002). Setelah dipasang kateter urin kucing Memo
dirawat inap, selama rawat inap diberikan terapi antibiotik Amcilin dan
infus Ringer Lactate. Terdapat tiga macam kateter urin yaitu yaitu
flexible rubber feeding tube (gambar 2a), kateter open-ended
polypropylene (gambar 2b), dan close-ended polypropylene (gambar 2c).
Ukuran kateter yang biasa digunakan untuk kucing jantan adalah 3 1/2 Fr.
Jenis kateter yang digunakan untuk pasien Memo adalah kateter
close-ended polypropylene (2c) (College of Veterinary Medicine 2009).
Sumber : wikipedia
2 komentar:
kak, bagaimana cara merawat kucing persia yang mengidap penyakit ini ,dia sudah di kateterinasi tetapi belum juga mau makan dan masih lemas setelah seminggu dioperasi.umurnya 6,5 tahun. dimohon jawabannya secepatnya :'(
Sebelumnya terima kasih Marsya Fadhia Akmal atas kunjungannya ke blog saya.
Kalau saran saya coba dibantu asupan makanan dan minum nya lewat pipet. Supaya gak kekurangan cairan. Trus, liat tanda-tanda kalau dia dehidrasi.
Selalu komunikasi dengan dokter hewan nya juga.
Semoga keadaan kucingnya cepat pulih.
Posting Komentar